Senin, 07 November 2016

Messed up

Aku adalah kesedihan yang terlalut dalam air mata kepedihan mengalir bersama semua kekecewaan dalam hari-hari tanpa kejelasan
Aku adalah serakan daun-daun yang berguguran di jalan terinjak-injak dalam ketidak adilan
Tertiup, tersapu oleh angin tak ada tujuan.

Manusia yang selalu bisa memendam kesedihannya,
Manusia yang selalu menangis dalam hati karna kekecewaanya,
Manusia yang bisa bersabar, dan memasang muka bahagia didepan publik walau dengan hati yang teramat kacau.

Rasanya baru saja kemarin kau datang padaku dengan senyuman termanismu
Tapi hari ini aku harus menghadapi kenyataan tersulit bahwa senyum itu bukan lagi untukku
Senyum terbaik mu itu tidak bisa kulihat lagi. Kenyataan memang pahit.

Kini terdapat jarak yang sangat membentang untuk kita
Bukan sebuah jarak tempat, melainkan jarak diantara hati kita
Aku tidak ingin seperti ini, tetapi entah aku harus seperti apa untuk menyikapinya.

Seolah aku tidak ingin membiarkanmu pergi,
Tidak ingin ini semua berakhir dengan sia-sia,
Tidak ingin semuanya seperti ini.

Katakan padaku, apakah semua yang selama ini aku pertahankan untukmu tidak ada artinya sama sekali lagi?
Apa kamu ingin tetap pergi melupakannya?
Atau berusaha untuk menenangkan semuanya lalu kembali meraih tanganku untuk beriringan bersamamu lagi?

Aku harap benakmu menunjuk ke pertanyaan terakhir.