Senin, 11 Mei 2015

Enough

Hujan semalam seakan mengguyur ku dengan begitu deras, tetesannya membasahi bajuku hingga tembus ke badan. Angin kencang meramaikan hujan malam itu, petir pun menyambar dengan suara khasnya yang membuat aku ingin secepatnya mencari tempat berlindung. Tapi, dimana hati ini harus berlindung? mencari seseorang yang bisa menyembuhkan luka perih didalamnya. Seakan aku tiada gunanya lagi dimatamu, kau regas segenap pucuk harapan ku yang mendalam kepadamu begitu dalam. Aku terus berusaha menjadi yang terbaik untukmu, menjadi yang selalu ada untukmu tapi kau sepelekan semuanya seakan tidak ada arti apapun dimatamu. Apalagi yang harus aku usaha kan untukmu? Ku rasa semuanya itu sudah cukup.

Aku tak bisa menghentikan jejak kakimu yang kian mempercepat untuk pergi dariku, sangat cepat kau melangkah untuk mencari yang sempurna meninggalkan yang selalu berusaha untuk menjadi yang kau inginkan.

Kini aku bukan lah sesuatu yang kau pentingkan, bahkan memang dari dulu aku tidak akan pernah menjadi yang utama, seharusnya dari awal aku sudah tau bahwa kamu tidak akan menganggap aku berarti. Padahal kamu selalu menjadi sesuatu yang sangat penting dimataku dan sudah ku siapkan tempat dihatiku untukmu tapi kini telah berdebu karna lamanya aku menunggu hatimu yang beku seperti es yang tak kunjung ingin datang untuk mengetuk pintu hatiku yang selalu terbuka untukmu.

Jika nanti wanita sempurna yang kau cari tak bisa berusaha untuk menjadi yang terbaik dan selalu ada untukmu jangan pernah kau mengeluh, karna itu adalah alasanmu meninggalkan aku yang selalu berusah menjadi yang terbaik untukmu. Karna tak selamanya aku bisa terus menunggu mu berbalik ke belakang untuk mencari ku, karna menunggu Kutub Utara mencair itu sangat lama dan membosankan.